Social Icons

Kamis, 06 September 2018

Surat Untuk Matahari





oleh: Nila Mulyani

Ini bukan surat dari primus, bukan pula isi hati seorang Alfa Century untuk Auriga Bintang Septario. Namun ini suara hati si wanita akhir zaman untuk matahari di bulan maret. Ini hanyalah suara suara abstrak dari makluk mortal tertuju untuk mathari di bulan maret , hanya suara abstrak yang ingin ku tuangkan dalam bentuk  “tulisan paling sederhana “.  Seperti Bisma yang percaya bahwa Srikandi adalah reinkarnasi seorang dewi Amba  dan seperti halnya saya percaya matahari bulan maret seikhlas  hujan di bulan juni.
Saya bukanlah Marsinah yang mampu merebus kata lalu menguap kemana -mana. Bukan Nirbita sang padang  bulan yang sangat anggun dalam tulisannya,   saya hanyalah orang yang tidak konsisten dalam membahasakan diri sebagai “ aku atau saya”. Matahari itu paling puitis, kedatangannya di sebut fajar dan kepergiannya di sebut senja. Fajar itu harapan karena bersama sinar paling puitis dia membawa semangat dan hari baru untuk seluruh komponen biotik dan aboitik di alam ini. Senja itu ketenangan, karena bersama senja kita menyaksikan elemen puitis itu lenyap ke peraduan. Matahari itu  selalu pengertian, karena bersama kepergiannya dia membri kesempatan kepada bulan dan bintag untuk menunjukkan eksistensinya, matahari tidak pernah benar -benar pergi. Kepergiannya selalu menyisakan janji bahwa dia pasti kembali. Suara yang hendak kusuarakan ini bukanlah melulu tentang perasaan terhadap  makhluk berbeda gender. Namun ini suara untuk matahari di bulan maret.
Kata Sapardi Djoko Damono dalam sajaknya “dongeng  marsinah”
Waktu memang tak pernah kompromi
Yang sangat cermat dan hati hati
Marsinah itu arloji sejati , tak lelah berdetak
Meminta kefanaan yang abadi.
Yah waktu memang tak pernah kompromi , waktu yang telah lalu di sebut “pengalaman” dan waktu yang akan datang di sebut "  masa depan”. “Waktu” itu yang  paling  kuat karena dia tak akan pernah kembali dan waktu adalah yang tiba tiba  karena bersama waktu ada ruh yang telrepas dari raga, bersama waktu ada yang berhijrah ke jalan yang di ridhi-Nya, bersama waktu pula banyak hal tak terduga yang menghampiri. Waktu selalu menghampiri semua komponen di alam semesta, waktu tak pandang siapa engkau, waktu pasti mengghampiri ku . Aku terlalu keluh dalam mengucapkan kata, Maka dari itu biarkan saja melalui tulisan sangat sederhana ini ku suratkan Untuk “Wanita terhebat” dalam hidupku yang ku sebut matahari di bulan maret, aku mencitaimu karena Allah.(NM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text