![]() |
oleh: Nila Mulyani |
Ini bukan surat dari primus, bukan pula isi hati seorang Alfa
Century untuk Auriga Bintang Septario. Namun ini suara hati si wanita akhir
zaman untuk matahari di bulan maret. Ini hanyalah suara suara abstrak dari
makluk mortal tertuju untuk mathari di bulan maret , hanya suara abstrak yang
ingin ku tuangkan dalam bentuk “tulisan
paling sederhana “. Seperti Bisma yang
percaya bahwa Srikandi adalah reinkarnasi seorang dewi Amba dan seperti halnya saya percaya matahari
bulan maret seikhlas hujan di bulan
juni.
Saya bukanlah Marsinah yang mampu merebus kata lalu menguap kemana
-mana. Bukan Nirbita sang padang bulan
yang sangat anggun dalam tulisannya,
saya hanyalah orang yang tidak konsisten dalam membahasakan diri sebagai
“ aku atau saya”. Matahari itu paling puitis, kedatangannya di sebut fajar dan
kepergiannya di sebut senja. Fajar itu harapan karena bersama sinar paling
puitis dia membawa semangat dan hari baru untuk seluruh komponen biotik dan
aboitik di alam ini. Senja itu ketenangan, karena bersama senja kita
menyaksikan elemen puitis itu lenyap ke peraduan. Matahari itu selalu pengertian, karena bersama
kepergiannya dia membri kesempatan kepada bulan dan bintag untuk menunjukkan
eksistensinya, matahari tidak pernah benar -benar pergi. Kepergiannya selalu
menyisakan janji bahwa dia pasti kembali. Suara yang hendak kusuarakan ini
bukanlah melulu tentang perasaan terhadap
makhluk berbeda gender. Namun ini suara untuk matahari di bulan maret.
Kata
Sapardi Djoko Damono dalam sajaknya “dongeng
marsinah”
Waktu memang tak pernah kompromi
Yang sangat cermat dan hati hati
Marsinah itu arloji sejati , tak lelah berdetak
Meminta kefanaan yang abadi.
Yah
waktu memang tak pernah kompromi , waktu yang telah lalu di sebut “pengalaman”
dan waktu yang akan datang di sebut "
masa depan”. “Waktu” itu yang
paling kuat karena dia tak akan
pernah kembali dan waktu adalah yang tiba tiba
karena bersama waktu ada ruh yang telrepas dari raga, bersama waktu ada
yang berhijrah ke jalan yang di ridhi-Nya, bersama waktu pula banyak hal tak
terduga yang menghampiri. Waktu selalu menghampiri semua komponen di alam
semesta, waktu tak pandang siapa engkau, waktu pasti mengghampiri ku . Aku
terlalu keluh dalam mengucapkan kata, Maka dari itu biarkan saja melalui
tulisan sangat sederhana ini ku suratkan Untuk “Wanita terhebat” dalam hidupku
yang ku sebut matahari di bulan maret, aku mencitaimu karena Allah.(NM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar